Sejarah Rohingya

 

 


Rohingya adalah kelompok etnis yang berasal dari wilayah Rakhine (dahulu dikenal sebagai Arakan) di negara Myanmar (dahulu dikenal sebagai Burma). Mereka adalah kelompok minoritas Muslim dalam mayoritas Buddha di Myanmar. Sejarah Rohingya mencakup beberapa peristiwa signifikan yang mencerminkan kompleksitas dan konflik etnis serta agama di wilayah tersebut.

Berikut adalah beberapa titik penting dalam sejarah Rohingya:

  1. Awal Sejarah:

    • Sejarah awal Rohingya di wilayah Rakhine dapat ditelusuri hingga abad ke-7 Masehi, ketika mereka mulai bermigrasi ke wilayah tersebut. Rakhine telah menjadi rumah bagi berbagai kelompok etnis dan agama.
  2. Zaman Kolonial:

    • Selama era kolonial, Rakhine berada di bawah pemerintahan Britania dan kemudian Jepang selama Perang Dunia II. Setelah perang, Burma meraih kemerdekaan dari Britania pada tahun 1948.
  3. Kewarganegaraan dan Pengakuan Etnis:

    • Setelah kemerdekaan Myanmar pada tahun 1948, pemerintah mulai mengenakan kebijakan yang merugikan Rohingya. Undang-undang kewarganegaraan pada tahun 1982 menyebabkan banyak Rohingya kehilangan status kewarganegaraan dan hak-hak dasar mereka. Pemerintah Myanmar juga menolak untuk mengakui Rohingya sebagai kelompok etnis resmi.
  4. Konflik Etnis dan Kekerasan:

    • Konflik antara Rohingya dan pemerintah Myanmar intensif pada tahun 2012, setelah serangkaian kekerasan antara kelompok Buddha dan Muslim di Rakhine. Kekerasan tersebut meninggalkan ribuan Rohingya tanpa tempat tinggal dan menyebabkan meningkatnya ketegangan antar etnis.
  5. Operasi Bersih-bersih Militer:

    • Pada tahun 2017, pemerintah Myanmar melancarkan operasi militer yang disebut "pembersihan etnis" setelah kelompok bersenjata Rohingya melakukan serangan terhadap pos-pos keamanan. Operasi ini dikritik karena pelanggaran hak asasi manusia, termasuk pembunuhan, pemerkosaan massal, dan pembakaran desa. Ribuan orang tewas dan ratusan ribu orang Rohingya melarikan diri ke Bangladesh.
  6. Keadaan Pengungsi:

    • Pada saat ini, sebagian besar Rohingya tinggal di kamp pengungsi di Bangladesh, terutama di Cox's Bazar, merupakan salah satu kumpulan pengungsi terbesar di dunia. Mereka menghadapi kondisi hidup yang sulit dan terus menghadapi tantangan hak asasi manusia.

Sejarah Rohingya mencerminkan konflik antara kelompok etnis dan agama di Myanmar, serta perlakuan diskriminatif terhadap Rohingya oleh pemerintah. Komunitas internasional terus memantau dan mengecam pelanggaran hak asasi manusia terhadap Rohingya, sementara upaya penyelesaian konflik dan pemulihan hak mereka masih merupakan tantangan besar.

 

Faktor apa yang menyebabkan rohingya diusir pada saat ini

Situasi pengusiran dan perlakuan buruk terhadap Rohingya pada saat ini di Myanmar melibatkan sejumlah faktor yang kompleks, termasuk konflik etnis, agama, dan politik. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat menjelaskan mengapa Rohingya mengalami pengusiran dan kondisi sulit pada saat ini:

  1. Diskriminasi Sistematis:

    • Sejak dekade-dekade sebelumnya, Rohingya menghadapi diskriminasi sistematis dari pemerintah Myanmar. Kebijakan kewarganegaraan pada tahun 1982 menciptakan ketidakjelasan status kewarganegaraan bagi Rohingya, membuat banyak di antara mereka menjadi tidak diakui sebagai warga negara. Ini membawa konsekuensi serius terkait hak-hak dasar seperti pendidikan, pekerjaan, dan layanan kesehatan.
  2. Operasi Militer dan Kekerasan Terhadap Rohingya:

    • Pada tahun 2017, pemerintah Myanmar meluncurkan operasi militer yang disebut "pembersihan etnis" sebagai tanggapan terhadap serangan kelompok bersenjata Rohingya. Operasi ini melibatkan pembunuhan massal, pemerkosaan, dan pembakaran desa. Ribuan Rohingya tewas dan ratusan ribu lainnya melarikan diri ke Bangladesh untuk menyelamatkan diri dari kekerasan.
  3. Kondisi Pengungsi di Bangladesh:

    • Para pengungsi Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh menghadapi kondisi hidup yang sangat sulit di kamp-kamp pengungsi. Terbatasnya akses terhadap pendidikan, pekerjaan, dan layanan dasar membuat kehidupan mereka di kamp menjadi penuh tantangan.
  4. Tidak Adanya Jaminan Kepulangan yang Aman:

    • Meskipun ada perjanjian antara Myanmar dan Bangladesh untuk mengizinkan pengembalian sukarela pengungsi Rohingya, kondisi yang aman dan layak di Myanmar masih menjadi kendala. Banyak dari mereka khawatir akan kekerasan lanjutan dan ketidakamanan di Rakhine.
  5. Sentimen Anti-Rohingya di Myanmar:

    • Sentimen anti-Rohingya telah diperkuat oleh faktor etnis dan agama. Kelompok Rohingya mayoritas Muslim di tengah mayoritas Buddha Myanmar. Propaganda yang merendahkan dan memprovokasi terhadap Rohingya telah meresap dalam masyarakat, menciptakan lingkungan yang tidak ramah bagi mereka.
  6. Tidak Ada Keterlibatan Efektif Komunitas Internasional:

    • Meskipun banyak negara dan organisasi internasional telah mengutuk pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan terhadap Rohingya, keterlibatan aktif untuk menyelesaikan konflik dan memberikan perlindungan bagi Rohingya masih terbatas.

Kombinasi dari faktor-faktor ini menciptakan situasi sulit dan tidak aman bagi Rohingya di Myanmar, memaksa banyak di antara mereka untuk melarikan diri ke negara tetangga dan tinggal di kondisi pengungsi yang sulit. Upaya untuk menyelesaikan konflik dan meningkatkan hak asasi manusia Rohingya terus menjadi tantangan yang besar.

 

rewinsatria AI

0 Response to "Sejarah Rohingya"

Post a Comment