Nomofobia

Bertambah satu lagi jenis fobia, yakni nomofobia. Takut hidup tanpa ponsel. Kira-kira begitulah artinya. Nomofobia merupakan kependekan dari no-mobile-phone phobia. Fobia ini terungkap melalui penelitian YouGov – lembaga penelitian berbasiskan di Inggris – atas pesanan Kantor Pos Inggris. Penelitian itu mencoba melihat kecemasan yang diderita pengguna telepon seluler.
Hasilnya, 53% pemakai ponsel di Inggris cenderung cemas ketika mereka “kehilangan ponselnya, baterai low atau tak ada pulsa, atau masuk ke blankspot jaringan”. Terungkap pula 58% pria dan 48% wanita menderita fobia itu dan tambahan 9% mereka merasa stres ketika ponsel mereka off. Penelitian itu melibatkan 2.163 responden. Lima puluh lima persen dari yang disurvei itu menyebutkan alasan utama mereka cemas adalah keterhubungan dengan teman atau keluarga.
Survei serupa yang dilakukan oleh penyedia jaringan SecurEnvoy dengan melibatkan 1.000 responden memperlihatkan bahwa sekitar dua per tiga (66%) responden merasa takut kehilangan ponselnya atau tidak membawa ponsel. Kecemasan yang sama mereka ungkapkan saat ponsel mereka tidak berada di dalam jaringan.
Tak mengherankan bahwa nomofobia berkembang pesat dibandingkan empat tahun silam seiring makin banyaknya orang yang terperangkan ke dalam pelukan telepon pintar. Wanita ternyata lebih khawatir kehilangan ponsel dibandingkan pria. Angkanya 70% berbanding 61%. Menurut Andy Kemshall, chief technology officer dan pendiri SecurEnvoy, pria lebih mudah terkena nomofobia di tahun 2008, namun cenderung berkurang saat ini. Alasannya, pria 11% lebih banyak membawa dua ponsel dibandingkan dengan wanita.
Nomofobia juga mulai menyerang kaum muda. Sebanyak 77% dari mereka bilang bahwa mereka ketakutan jika tidak memegang ponsel. Kelompok usia 25 – 34 tahun berada di peringkat kedua, diikuti pengguna ponsel umur di atas 55 tahun. SecurEnvoy juga menyebutkan bahwa penelitian terbaru yang diterbitkan oleh Helsinki Institute for Information Technology menemukan angka 34 kali sehari rata-rata orang mengecek ponsel mereka.
Lalu, apa saja gejala-gejala nomofobia?
  • Jika kehilangan ponsel atau jaringan menyebabkan gejala fisik negatif. Atau mereka tidak pernah mematikan ponsel mereka.
  • Merasa panik ketika ponsel dalam kondisi baterai yang drop atau penerimaan sinyal yang tidak bagus.
  • Secara obsesif memastikan bahwa seseorang membawa ponsel.
  • Khawatir kehilangan ponsel meski di tempat yang aman.
  • Fobia berlangsung dalam jangka waktu yang signifikan dan berpengaruh terhadap kesehatan atau kehidupan sehari-harinya.
Beberapa terapi sudah ditawarkan untuk mengatasi fobia ini. Seperti berlatih menjauhkan diri dari ponsel selama jangka waktu tertentu sampai latihan yoga.

Tingkat kecemasan itu setara dengan “cemas mendekati hari perkawinan” atau cemas saat mau berkunjung ke dokter gigi. Sepuluh persen dari responden menyatakan bahwa mereka harus bisa dihubungi dengan alasan pekerjaan. Namun ada yang beranggapan bahwa kecemasan itu normal, dan belum masuk ke ranah fobia. (*)

intisari

0 Response to "Nomofobia"

Post a Comment